USIA AMBALAN

    MENUJU HUT AMBALAN KE 22

      ADAT AMBALAN

      PENGERTIANKebiasaaan yang ditentukan bersama, yang berlaku pula sebagai aturan yang harus ditaati oleh semua anggota ambalan.BARANG-BARANG ADATA. UMUM1. Air, merupakan kebutuhan pokok manusia.
      2. Bunga, merupakan kecantikan budi pekerti dari tindak tanduk dan perilaku ambalan.
      3. Guci, merupakan wadah kesatuan antar anggota penegak.
      4. Gayung, merupakan alat gayuh untuk mencari ilmu.
      5. Lampu teplok, merupakan pengarah / petunjuk bagi para pramuka penegak.
      6. Balon, merupakan suara ledakan petir.
      7. Cangkul, merupakan alat untuk menggali kreatifitas pramuka penegak.
      8. Sabit, merupakan alat pencegah sekaligus memrangi kemungkaran.
      B. KHUSUS1. PUTRA, pakaian tradisional Jawa (blangkon / udheng & surjan, celana hitam).
      2. PUTRI, pakaian tradisional Tionghoa (cheongsam) dengan aksesoris jepit pita putih.
      SANDI AMBALANUngkapan bebas berisi kode kehormatan sebagai satu-satunya tekad / kata hati ambalan.PERATURAN LAIN1. Selama ada kegiatan Penegak Bantara / Laksana pantang makan nasi.
      2. Selama menjabat Pengurus Dewan Ambalan dilarang berpacaran.
      3. Sesama anggota penegak tidak boleh berpacaran.
      4. Semua angota Ambalan Ki Ageng Selo dan Putri Cempa harus dapat menyanyikan sandi ambalan dengan baik dan benar.

      FILOSOFI BLANGKON & SURJAN

      BLANGKON / UDHENGBlangkon merupakan tutup kepala. Bahasa ngoko dari udheng adalah iket. Disebut blangkon karena sudah praktis, tinggal pakai. Adapun nama lainnya adalah dhestar (basa krama). Udheng berasal dari iket yang harus kencang, rapat, tidak boleh longgar. Maksudnya adalah pikiran manusia tidak mudah goyah, tekadnya harus kuat dalam berbagai situasi.SURJANSurjan merupakan pakaian adat Jawa yang berbentuk kemeja atau atasan dan dirancang khusus untuk dikenakan kaum pria. Dengan memilih motif bunga maupun lurik, surjan ini didesain dengan lengan panjang serta memiliki kerah tegak. Zaman dahulu surjan hanya bisa digunakan untuk para bangsawan dan juga abdi keraton.Nama surjan sendiri diambil dari gabungan dua kata yakni suraksa dan janma hingga disingkat menjadi surjan. Suraksa-janma memiliki arti manusia, namun tak jarang pula yang mengatakan jika surjan berasal dari kata siro dan jan yang bermakna pelita.Berdasarkan sejarah, surjan sudah ada bahkan sejak zaman kerajaan islam mataram dan diciptakan pertama kali oleh sunan kalijaga. Siapa sangka jika ternyata jenis pakaian yang satu ini memiliki makna religious yakni:6 buah kancing yang ada pada kerah melambangkan 6 rukun iman.
      2 buah kancing yang disematkan pada dada kiri dan kanan memiliki lambang dua kalimat syahadat.
      3 buah kancing yang letaknya sengaja dirancang pada bagian dekat perut melambangkan nafsu dari manusia yang harus bisa dikendalikan.

      FILOSOFI CHEONGSAM

      Baju Cheongsam yang dikenal juga sebagai pakaian Qipao adalah baju khas bangsa Tionghoa yang menjadi simbol akan kedudukan sosial kaum perempuan. Baju yang dibuat pada tahun 1920 ini, menjadi salah satu pakaian yang sering dikenakan oleh bangsa Tionghoa khususnya kaum wanita yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi.Warna busana Cheongsam yang didominasi merah dipadu dengan warna kuning atau warna emas saat Imlek ini ternyata memiliki arti tersendiri. Mereka meyakini bahwa dengan memakai pakaian adat tradisional berwarna merah yang merupakan warna inti di tahun baru Imlek ini, mereka akan mendapatkan keberkahan serta kebahagiaan. Secara psikologi warna merah pun mengandung sifat keceriaan. Pakaian Cheongsam yang dipadukan dengan warna kuning atau emas merupakan simbol dari ketulusan dan rasa ikhlas. Sedangkan paduan warna emas tersebut merupakan simbol dari kesuksesan, keberhasilan serta kemakmuran.

      SANDI AMBALAN

      Pituturku dudu kadis
      Yeku haran pepali ing kuna
      Basa pepali tegese
      Tindak kang wus lumaku
      Gon pakoleh ing bener sisip
      Yen iku kinaweruhan
      Selamat tinemu
      Brekati sak terah kita
      Manggih harjo ucapan pepali singgih
      Aja sira akarya

      SEJARAH AMBALAN KI AGENG SELO

      Ki Ageng Selo adalah tokoh islam yang menurunkan raja-raja Mataram. S.I.S.K.S (Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan) Paku Buwono XII di Surakarta Hadiningrat adalah keturunan beliau yang ke VII. Ki Ageng adalah putra kedua dari Kyai Ageng Getas Pendawa, nama aslinya adalah Kyai Ngabdul Rahman Ing Selo.Di waktu muda Ki Ageng Selo dikenal dengan nama Bagus Songgom, seorang laki-laki yang sakti mandraguna, sehingga darah mudanya membuat beliau sedikit takabur. Namun dari pengalaman pahitnya akhirnya beliau sadar akan keterbatasan seorang titah sehingga beliau bertaubat kepada Allah SWT dan mengutamakan pertapa (ngentur tapa). Beliau semasa muda juga dikenal sebagai petani, setiap pagi berangkat ke sawah walau gerimis dan tetap bekerja. Pada waktu sedang asik dengan pekerjaan datang seorang kakek menuju padanya bersamaan dengan kilat sambil berkata "Aku gelap dari langit". Maka tanpa banyak tanya ditangkaplah kakek tersebut, namun ketika ditangkap terjadi ledakan yang dahsyat dan diserahkannya pada Sultan Bintoro Demak. Ketika diajak menghadap datanglah seorang nenek yang menghampirinya lalu menyiramkan air ke tubuh kakek tersebut. Dengan tersiramnya kakek dengan air maka kembali terdengar suara ledakan, ledakan tersebut melontarkan segala benda yang ada di sekitarnya dan kemudian lenyaplah kakek tersebut tanpa bekas. Sejak saat itulah Ki Ageng Selo dikenal sebagai penakluk petir.DARI SEJARAH TERSEBUT, GERAKAN PRAMUKA SMAN 1 GUNTUR MENGANGKAT DAN MENGABADIKAN KI AGENG SELO PADA NAMA AMBALAN PUTRA YAITU "AMBALAN KI AGENG SELO" KARENA KATA "GUNTUR" DAPAT BERMAKNA LAIN YAITU "PETIR" DENGAN HARAPAN ANGGOTA AMBALAN DAPAT MENELADANI KEKUATAN DAN KEBERANIAN SERTA TAULADAN YANG BAIK KI AGENG SELO.Di akhir hidupnya beliau banyak menulis "piwulang-piwulang" yang ditujukan kepada anak cucunya. Beliau wafat dan dimakamkan di Desa Selo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.

      SEJARAH AMBALAN PUTRI CEMPA

      Kerajaan Champa merupakan salah satu kerajaan kuno yang menguasai wilayah Vietnam Selatan dan Vietnam Tengah pada abad ke-7 M hingga tahun 1832. Kepercayaan dan budaya dari Kerajaan Champa dipengaruhi oleh Tiongkok. Setelah ditaklukan Kerajaan Funan dari Kamboja, Champa menganut ajaran Hindu. Pada abad ke-10 M seiring masuknya pedagang dari Arab, mayoritas masyarakat Champa berpindah meyakini Islam.Raja Cempa yaitu Kunthara atau Prabu Kiyan memiliki putri angkat bernama == Kasyifah Putri S. Ibrahim Asmarakandi== yang kemudian diganti dengan nama Indrawati. Setengah riwayat juga meyebutkan bahwa Kasyifah juga bernama Asiyah, Dwarawati Murdaningrum, Amarawati yang kini dikenal dengan Putri Champa / Campa / Cempa / Cempo.Oleh Prabu Kiyan, Putri Cempa dihadiahkan kepada Raja Majapahit yaitu Bhre Kertabhumi / Raden Alit. Nama lainnya ialah Haryo Ongko Wijoyo yang bergelar Prabu Brawijaya V. Prabu Brawijaya sangat terkesan dan tertarik akan kecantikan Putri Cempa, beliau menerima hadiah tersebut dengan senang hati kemudian menikahi dan memboyongnya ke Majapahit.Ketika Putri Cempa hamil, istri tua Prabu Brawijaya cemburu dan khawatir jika keturunan Putri Cempa akan menggeser kedudukan keturunannya sebagai pewaris kerajaan. Maka dari itu Putri Cempa diserahkan kepada Arya Damar yang merupakan adipati Palembang. Di sanalah Putri Cempa melahirkan seorang anak laki-laki yang kelak menjadi raja Kerajaan Demak Bintoro kemudian diberi nama Raden Bagus Hasan Jin Bun. Nama lengkapnya ialah Senapati Jimbun, sedangkan nama tahtanya ialah Senapati Jimbun Ningrat Abdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama / Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah.DARI SEJARAH TERSEBUT, GERAKAN PRAMUKA SMAN 1 GUNTUR MENGANGKAT DAN MENGABADIKAN PUTRI CEMPA PADA NAMA AMBALAN PUTRI YAITU "AMBALAN PUTRI CEMPA" KARENA KEBESARAN KASIH SAYANG SEORANG IBU YANG MEMBUKA KERAJAAN DEMAK BINTORO DENGAN HARAPAN ANGGOTA AMBALAN DAPAT MENELADANI KASIH SAYANG DAN KEULETAN SERTA TAULADAN YANG BAIK PUTRI CEMPA.Putri Cempa merupakan ibunya orang Demak yang penuh kasih sayang, ulet, serta berakhlakul karimah sesuai ajaran islam. Beliau lahir di Kamboja dan wafat di Palembang.